Suatu kebodohan, dimana hati mampu mengalahkan logikaku sendiri. Menempatkan kepercayaan dan harapan pada orang yang salah. Terus memberi ruang dirinya untuk tetap tinggal dalam bilik kecil. 3.163 hari yang lalu, dimana kami memutuskan untuk pamit. Entah pamit untuk pergi selamanya, atau pamit untuk menetap kembali. Namun bilik kecilku selalu memberi ruang tuannya untuk kembali, walaupun tanpa sebuah janji. Tepat di hari 3. 163 ini. Logikaku pun mulai lelah, karna bilik kecil selalu menyimpan ruang kosong untuknya. Memaksa bilik kecil untuk membuka ruang kosong itu untuk orang-orang yang berdatangan mengetuk ternyata tidak mudah bagi logika. Logika kadang terpengaruh oleh bilik kecil yang berbisik. Membandingkan orang-orang yang datang mengetuk. Berharap akan ada orang yang sama menghuni ruang kosong tersebut. Ini sebuah kesalahan. Karna membandingkan seseorang dengan yang lainnya tidak akan pernah berujung pada titik yang sama. Membuka bilik kecil itu mudah, tetapi tidak bany...
Kejadian pertama yang membuat Bapak menangis yaitu ketika Mama meninggal. Bapak yang saat itu baru pulang dari Jakarta langsung menghampiri kediaman Mama, tempatku berteduh saat itu. Yang aku ingat, saat itu aku dibopong ke mesjid untuk mendoakan Mama. Bapak yang baru saja menginjakan kaki diterlas rumah, dihentak dengan suara dan ocehanku. Lalu spontan aku yang lugu entah dungu waktu itu bilang. " Pak.. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi saat ini". Seketika Bapak menangis dan menenangkan ocehanku. Hal kedua yang membuat Bapak menangis yaitu ketika aku mengabarkan bahwa aku menerima sebuah penghargaan. Bapak yang ku telpon pagi itu, terdengar tersedu menangis dan bilang. "Bapak bahagia " Maafkan anakmu pak yang selalu membuat khawatir dan selalu ingin berjalan semaunya. Aku tidak mau membuat Bapak menangis lagi, kecuali nanti. Saat seseorang menghampiri Bapak, meyakinkan Bapak bahwa ia akan menyayangiku seperti Bapak. Yaa.. Saat kedua tangan Bapak dengan...