Langsung ke konten utama

Saat Aktivis Dakwah Galau

_"Menebar manfaat untuk ummat” | “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah...” (QS. 41: 33)_

*SAAT AKTIVIS DAKWAH GALAU*

“Ustadz, dulu Ana merasa semangat dalam aktivitas Dakwah, dapat bersama merancang kegiatan dakwah menabar manfaat buat ummat. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan Ana melihat ternyata banyak pula yang aneh-aneh.”

Begitu keluh kesah seorang santri kepada ustadznya di suatu hari.

Sang Ustadz hanya terdiam, mencoba menggali semua kecamuk dalam diri santrinya.

“Lalu, apa yang ingin Antum lakukan setelah merasakan semua itu?” sahut sang ustadz setelah sesaat termenung.

“Ana ingin berhenti saja, keluar dari jamaah dakwah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa teman yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi Dakwah yang Ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja, rasanya sudah cukup dengan hanya ikut kajian-kajian saja, jawab santri itu.

Sang ustadz termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

“Akhi, bila suatu kali Antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan Antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?” tanya sang Ustadz dengan kiasan bermakna dalam.

Sang santri terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.

“Apakah Antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?” Sang ustadz mencoba memberi opsi.

“Bila Antum terjun ke laut, sesaat Antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat.

Berapa kekuatan Antum untuk berenang hingga tujuan?

Bagaimana bila ikan hiu datang?

Darimana Antum mendapat makan dan minum?

Bila malam datang, bagaimana Antum mengatasi hawa dingin?”

Serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan santri.

Tak ayal, Sang santri menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian.

Kekecewaannya kadung memuncak, namun Sang ustadz yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

“Akhi, apakah Antum masih merasa bahwa jalan Dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?” Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa Sang santri. Ia hanya mengangguk.

“Bagaimana bila temyata mobil yang Antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok?

Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?” tanya Sang ustadz lagi.

Sang santri tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.

Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, “Cukup Ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan Ana. Ana akan tetap istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata Ana diperhatikan…”

“Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam Dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan Ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang Ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa Ana”,

Sang santri berazzam di hadapan ustadz yang semakin dihormatinya.

Sang ustadz tersenyum.
“Akhi, jama'ah dakwah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan.

Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berDakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah.”

“Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan Antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata Antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap Dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu Antum lebih baik dari mereka.”

“Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal.

Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah Dakwah ini dapat berjalan dengan baik?” sambungnya panjang lebar.

“Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafir pun bisa melakukannya. Tapi kita adalah Da'i. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi.

Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.”

“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!”

Sang santri termenung merenungi setiap kalimat ustadznya. Azzamnya memang kembali menguat.

Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya.

“Tapi bagaimana Ana bisa memperbaiki organisasi Dakwah dengan kapasitas Ana yang lemah ini?” sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.

“Siapa bilang kapasitas Antum lemah?

Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum?

Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai, bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!” sahut Sang ustadz

“Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman.

Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga Antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala Ghil (dengki, benci, iri hati) Antum terhadap saudara Antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.”

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya.

Hari itu, Sang santri menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dakwah dalam mengarungi jalan Dakwah. Pencerahan diperolehnya.

lalu ustadz menutup obrolan, "akhi, ingatlah anugerah kasih sayang Allah terbesar untuk seorang hamba adalah dikumpulkannya ia dalam jamaah dakwah, karena didalamnya akan saling menguatkan dalam kebaikan, ketiadaannya akan ditanyakan, absennya akan dipertanyakan, tak adanya akan mengundang doa kebaikan dari ikhwah jamaah dakwah lainnya, dan ingatlah salah satu laknak Allah kepada seorang hamba adalah dijauhkannya dari jamaah dakwah, karena saat futur tak ada yang akan mencarinya, mempertanyakannya bahkan mendoakannya.
Dan yang paling celaka adalah jika jamaah dakwah itu sudah tidak menginginkan kehadirannya dalam jamaah dakwah karena sikap dan perangainya yang malah membuat keruh suasana jamaah atau dipandang telah membuat tidak kondusifnya keadaan jamaah dakwah, naudzubillah"

Semoga kita semua selalu diberikan kasih sayang Allah untuk berada didalam lingkaran jamaah dakwah.

#Diary seorang Aktivis Dakwah yang sedang galau
#MustamiRDA

Komentar

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Joliet - MPR Hub
    Borgata Hotel 사천 출장마사지 Casino & Spa - The 나주 출장샵 only casino in Atlantic City that offers 김포 출장안마 casino gaming, 문경 출장샵 dining and accomodations. In addition, it 김해 출장안마 offers a 24-hour casino

    BalasHapus
  2. Where to Bet on Sports To Bet On Sports In Illinois
    The best sports bet types and bonuses available in Illinois. The https://deccasino.com/review/merit-casino/ most https://access777.com/ common sports betting worrione options available. Bet $20, Win $150, https://septcasino.com/review/merit-casino/ Win 토토사이트 $100 or

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOA KU

Ya Allah... Jika mendambanya adalah kesalahan dan merindunya adalah kekeliruan. Tolong jangan biarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana semu. Jika kesempurnaannya bukan untuk hamba. Tolong bawa jauh dari relung hati. Hapuskan khayalan keindahan tentangnya dan jangan biarkan hamba terlena dalam keindahannya Gantikan hamba dengan kesempurnaan yang sebenarnya untuk dia. Namun... Jika kesempurnaan hamba adalah bersamanya. Beri hamba kekuatan menentukan pilihan. Beri hamba kesabaran dalam menjalani proses menggapainya. Jika dia memang untuk hamba. Jangan biarkan hamba menyerah & terpuruk dalam belenggu masa lalu. Semoga Kau ridhoi kami untuk bersatu Mengarungi sisa umur Menapaki jalan kearah Mu Dan melukis keindahan untuk dunia dan akhirat kami Ya Rabb.. Beri kami kesabaran yang penuh dalam melalui detik-detik waktu yang berjalan

::: Kamu, Tulang Rusukku :::

Kisah yang penuh iktibar, semoga kita dapat mengambil pengajaran daripadanya. WANITA         : “Menurut kamu, saya ini siapa?" LELAKI           : (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) “ Kamu, tulang rusukku! Karena Allah melihat bahawa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya….” Setelah menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari pada akhir sebuah...