Pernah ga sih kalian ngerasa beruntung banget karna ditemuin orang-orang yang begitu ajaib yang mampu mempengaruhi pola pikir kalian?
Pertemuan kali ini hanya dengan supir angkot pedesaan. Namun siapa sangka supir angkot yang saya temui kemarin mempunyai pemikiran yang luar biasa. Lebih luar biasa daripada saya sebagai mahasiswi. Saya merasa kerdil karena wawasan bapak supir angkot yang mengantarkan ke kampus ini sangat luas.
Kemarin pukul 08.43 saya memutuskan untuk berangkat menggunakan angkutan pedesaan daripada ojek online. Selain ongkosnya yang lebih murah dari ojek online, angkutan pedesaan (AP) ini jarang sekali ngetem seperti halnya angkot 01 dan bus.
Hanya satu penumpang saja yang bapak angkot itu tarik, yaitu saya sendiri. Perawakannya tegap dan bicaranya pun tegas. Ia memakai t-shirt dan jaket denim ala-ala dilan serta jam tangan hitam model anak muda.
Percakapan kami dimulai dari bapak itu menawarkan makanan yang menjadi sarapannya pagi itu. Lalu meluas sampai akhirnya ia menanyakan pendidikanku.
Lantas dia memulai ceritanya, cerita tentang keluarga dan anak-anaknya.
Bapak supir angkot ini mempunyai 3 orang anak. Anak pertamanya telah bekerja di bea cukai, anak keduanya sedang melakoni jenjang pendidikan di Unes dan anak terakhir masih berada di bangku sekolah dasar. Dengan logat bicaranya yang berbeda saya yakin bapak ini bukanlah asli dari tasik. Finally.. Dugaan ku benar saat saya tanyakan asal beliau. Dia berasal dari Sumatra Selatan , namun mampu berbahasa inggris dan Jawa yang cukup fasih.
Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari beliau mulai dari kata-katanya :
"Saya ngga pernah mendidik anak bapak untuk berkuliah kalo buat dapetin duit. Duit itu bakalan abis. Tapi kalo pengetahuan itu abadi."
"Saya ga pernah bangga punya anak kerja di bea cukai atau kuliah unes, saya lebih bangga kalo anak saya jadi dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain"
"Anak saya itu yang gede ,yang kerja di bea cukai itu sekolah di pelayaran. Trus saya tanya, 'kamu sekolah dipelayaran karna apa alasannya? Kalo alasan kamu buat dapetin duit yang banyak mending kamu ga usah sekolah. Kalo alasan kamu buat jadi nahkoda kamu ga usah kuliah, preman pun bisa belajar jadi nahkoda. Kamu sekolah itu buat pelajarin administrasinya, nyuri ilmunya biar kamu bisa bermanfaat buat orang banyak' "
"Buat apa kita kaya harta kalo akhirnya kita korupsi, makan uang rakyat, hidup ga bermanfaat. Makanya de, jangan mau jadi orang kaya, jadi orang itu harus jadi orang pintar. Pintar mencari hati orang, pintar menolong orang, pintar berbagi pada orang"
"Kalo ade pinter, Ade bakalan mengerti kalimat saya yang ini 'orang pintar itu hidup di habitatnya"
Dari kalimat-kalimatnya saya yakin, bapak ini bukanlah orang yang bodoh. Bukan pula orang yang miskin. Tapi bapak supir ini adalah orang yang sederhana, yang menjadikan dunia bukan segalanya.
Tasikmalaya, 30 Juni 2018
-Suni A Jayanti-
Komentar
Posting Komentar