Kepada kamu,
Ini bukanlah sebuah puisi seperti biasanya,
bukan pula sebuah curahan hati,
yang biasa aku ceritakan kepada semesta.
Ini hanyalah sebuah surat,
surat yang biasa saja.
Coba tolong perhatikan senja hari ini.
Saat aku menuliskan ini untukmu,
senja masih baik-baik saja,
langitnya masih cerah,
awan-awannya masih mampu merekah.
Namun kuharap kau mau membaca,
tanda-tanda yang mengisyaratkan rasa.
Jika senja kali ini turun hujan,
jangan turut menangis lalu bermuram.
Tersenyumlah,
karena semesta sedang berbahagia,
menyambut banyak berkah.
Jika senja kali ini turun hujan,
jangan berpikir bahwa aku sedang bersedih karenanya.
Tersenyumlah,
lalu ingatlah kenangan saat kita bermain hujan,
secara tidak sengaja.
Jika senja ini turun hujan,
jangan berpikir aku akan melupamu
dan menghapus jejakmu dengan rintiknya.
Percayalah,
sekuat-kuatnya logikaku untuk melupamu,
hatiku belum mampu bertempur melawannya.
Maka, jika senja kali ini turun hujan,
bukalah payung hijau yang biasa kau bawa.
Lalu nyanyikanlah lagu rindu kita.
Kurasa semesta akan mengamini setiap perjumpaan,
seperti perjumpaan tanah dengan rintik hujan,
seperti perjumpaan aku dan kamu,
juga seperti perpisahan kita,
: yang tanpa kita sadari akan membawa kita pada perjumpaan lagi.
Jika senja kali ini turun hujan,
kumohon jangan pernah melupakan,
: aku dalam setiap ingatan.
Jakarta, 25 Juli 2012
- Tia Setiawati Priatna
Komentar
Posting Komentar